Khatib ‘Id Masjid Raya Medan, Dr. Ansari Yamamah, MA: “Dengan Taqwa Kita Jaga Persatuan dan Kesatuan

Share postingan ini

Medan, (IP) – Khatib imam masjid Raya Medan Dr. Ansari Yamamah, MA menyerukan ummat Islam agar usai menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1443 H, mudah-mudahan kita semua mencapai ketaqwaan dan dengan ketaqwaan tersebut, maka kita harhs menjaga persatuan dan kesatuan di negeri yang kita cintai ini.

Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT bahwa tujuan ibadah puasa Ramadhan adalah supaya kita semua menjadi orang-orang yang bertaqwa (la’allakum tattaqun, al Baqarah ayat 184).

Salah satu karakter orang yang bertaqwa itu adalah mereka yang mempunyai kesadaran terhadap jati diri dan fitrah kemanusiaan mereka sebagai hamba Allah yang diberikan kemuliaan berupa iman, Islam dan dorongan atau fitrah untuk berkembang dan berbuat baik.

Iman mengajarkan kepada kita untuk yakin dan berserah diri kepada kehendak dan ketentuan Allah semata-mata yang kita aplikasikan dalam bentuk ibadah, dan Islam mengajarkan kepada kita untuk memaksimalkan relasi vertikal sekaligus menyeimbangkan relasi horizontal.

Sedangkan fitrah itu menjadi daya dorong kepada kita untuk memaksimalkan peran-peran kekhalifahan kita di muka bumi Allah ini, yaitu selalu untuk mengabdi dan istiqamah/lurus dalam pengabdiannya (qul inna sholati, wanusuki, wamahyaya, wa mamati lillahi rabbil ‘alamin. Al-An’am ayat 162).

Seseorang yang beriman kepada Allah dengan sebenar iman, akan menyadari dan merasakan bahwa kehadirannya dimuka bumi dan apa saja yang ia lakukan adalah semata-mata karena izin dan kehendak Allah SWT. Oleh karena itu ketika ia mendapatkan anugrah kehidupan, ia akan merasa bahagia dan bersyukur kepada Allah SWT, dan ketika ia mengalami sesuatu atau cobaan yang tidak dikehendakinya maka batinnya tidak akan pernah menderita dan tidak mengatakan sesuatu yang tidak adil kepada Allah SWT.

Ia tetap bahagia dan bersyukur, karena ia menyadari dan merasakan bahwa semua itu pertanda kasih sayang Allah kepadanya. Memang yang kedua ini agak sulit, akan tetapi sebagai orang yang beriman kita harus sabar dan terus memperkuat kesabaran karena kesabaran itu merupakan satu level tertinggi yang dianugrahkan Allah kepada orang-orang yang beriman yang selalu berusaha maksimal dan mampu bersyukur dalam segala situasi kehidupan.

Hal ini secara tegas diperintahkan oleh Allah SWT, sebagaimana dalam firman-Nya dalam surah al-Imran ayat 200: “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah melakukan taat dan menghadapi musibah serta menghindari maksiat (dan teguhkanlah kesabaranmu) menghadapi orang-orang kafir hingga mereka tidak lebih sabar daripada kamu (dan tetaplah waspada serta siap siaga) dalam perjuangan (serta bertakwalah kepada Allah) dalam setiap keadaan (supaya kamu beruntung) merebut surga dan bebas dari siksa neraka”.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Barangsiapa yang berusaha menjaga diri, maka Allah menjaganya, barangsiapa yang berusaha merasa cukup, maka Allah mencukupinya. Barangsiapa yang berusaha bersabar, maka Allah akan menjadikannya bersabar dan tidak ada seorang pun yang dianugerahi sesuatu yang melebihi dari kesabaran.” (HR. Al Bukhari)

Orang-orang yang bertaqwa itu juga adalah mereka yang menyadari bahwa Allah SWT telah menganugrahkan kepada mereka sebuah kekuatan penggerak yaitu FITRAH. Ayat Alquran menyatakan dengan tegas bahwa manusia diciptakan menurut fitrah Allah yang telah ditetapkan-Nya, sebagaimana disebutkan dalam surah al-Rum yang artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S. al-Rum [30]: 30).

Adapun makna fitrah, sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam al-Ghazali adalah suatu potensi dasar manusia yang dianugrahkan oleh Allah SWT yang memiliki 5 keistimewaan, yaitu: Pertama, potensi untuk bertuhan, dalam hal ini berimana kepada Allah SWT. Kedua, kesediaan untuk menerima kebaikan dan kemampuan untuk menolak kejahatan. Ketiga, dorongan ingin mengetahui sesuatu, dengan kemampuannya untuk menerima pembelajaran demi menemukan hakikat kebenaran. Keempat, dorongan biologis yang berupa syahwat dan insting. Kelima, dorongan atau keinginan untuk maju dan berkembang.

Sebagai orang-orang yang bertaqwa kita mengetahui bahwa Islam itu adalah agama yang mendorong ummatnya untuk maju dan berkembang, dan karena itulah Allah menurunkan Alquran supaya umat Islam belajar, memahami, dan menggali isi kandungan Alquran yang sangat menginspirasi berkembangnya ilmu pengetahuan dan tumbuhnya sebuah peradaban. Untuk membangun peradaban itu diperlukan orang-orang yang kuat, cerdas dan visioner serta didukung oleh masyarakat yang terdidik, terbuka, toleran, apresiatif terhadap nilai-nilai dan keragaman sosial dan istiqamah pada nilai-nilai ketuhanan.

Karakter ummat seperti ini sesungguhnya dimiliki oleh umat Islam yang disebutkan Allah sebagai umat yang terbaik, sebaimana firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 110. Artinya: “Kalian adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah SWT”.

Informasi Alquran ini sesungguhnya telah ditunjukkan oleh ummat Islam melalui perjalanan sejarahnya yang cukup panjang dimana umat Islam pernah menguasai hampir 2/3 bumi ini, namun kekuasaan itu lenyap seiring bangkitnya bangsa-bangsa Eropa yang datang mengkolonialisasi dunia Islam yang menyebabkan umat Islam hancur dan belum dapat bangkit dari berbagai

Demikian juga Allah menegaskan agar kita memperkuat persatuan dan kesatuan, sebagaimana dalam surah Ali Imran ayat 103.
واعتصموا بحبل الله جميعا ولاتفرقوا
Artinya: “Berpegang teguhlah kalian semua dengan tali Allah dan jangan sekali-kali kali berpecah/bercerai berai!”
Ingatlah!, Karena dengan persaudaraan dan persatuan maka segala potensi fitrah umat Islam untuk maju dan berkembang dapat direalisasikan sehingga eksistensi umat Islam akan diakui dan sekaligus akan disegani oleh mereka yang selama ini mengkerdilkan dan membenci umat Islam. Dengan fitrah untuk untuk maju dan berkembang itulah juga umat Islam akan dapat membangun kehidupan dan peradabannya sebagaimana generasi-generasi Muslim terdahulu dapat menancapkan kebesaran Islam dan umat Islam hampir di 2/3 belahan bumi ini. Jika kita tidak menyadari betapa pentingnya fitrah ini yang harus kita upgrade maka kita akan melihat dan mengalami secara langsung betapa besar dan beratnya kesulitan dan penderitaan yang akan kita alami, terlebih lagi anak-anak cucu kita di masa depan.

Oleh karena itu tidak ada jalan lain bagi kita kecuali kita kembali kepada Alquran al-Karim yang tidak hanya mengedepankan dan mengembangkan aspek fitrah kehambaan kita dalam bertauhid dan beribadah kepada Allah SWT, akan tetapi juga sesungguhnya Alquran menginspirasikan kita untuk memperkuat fitrah kemanusiaan kita untuk maju dan berkembang dengan cara menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan, sains dan teknologi.

Hanya melalui pengembangan fitrah atau jati diri ketuhanan dan fitrah atau jati diri kemanusiaan inilah umat Islam menjadi kuat untuk mempertahankan eksistensinya, dan sekaligus mampu untuk berkompetisi membangun peradaban dunia yang berasas pada nilai-nilai rahmatan lil ‘alamin. Berbahagia fi ad-dunia dan berbahagia fi al-akhirah.

Akhirnya, melalui hari-hari yang fitri ini, khatib mengajak kita semua untuk senantiasa meningkatkan keimanan, ketaqwaan, dan kemampuan kita untuk bertahan, berjuang dan berkembang (survival of the pittest) demi untuk menjadi yang terbaik bagi seluruh bentuk kehidupan. Semoga kita menjadi orang-orang yang berfikir terbuka, menghargai perbedaan, dan selalu bermanfaat bagi kehidupan orang lain (khairunnas anfa’uhum linnas). Amin ya rabbal ‘alamin. (GNT)


Share postingan ini