Bahagia Bukan di Istana

Share postingan ini

By: Suasana Nikmat Ginting (SNG)

Istana merupakan satu puncak kebahagiaan dalam pikiran kebanyakan orang. Oleh karena itu, berada di dalam istana selalu menjadi ukuran bahwa seseorang itu akan pasti mendapatkan kebahagiaan dan kesenangan.

Mengapa hal tersebut menjadi ukuran kebahagiaan bagi kebiasaan umum? Jawabannya tentu disebabkan, di dalam istana semua fasilitas ada, mewah dan tentu akan terpenuhi.

Kemewahan, glamour, serta pengawalan yang menunjukkan tingkat pengamanan yang tinggi, membuat seseorang seperti terhormat.

Cara pandang bahwa kebahagiaan terletak di istana tentu tidak bisa dipersalahkan. Bahkan, saat ini orang ramai-ramai dan berlomba – lomba agar bisa masuk istana. Apalagi jika bisa menjadi anggota istana itu sendiri. Itu akan menjadi kebahagiaan yang sangat dinantikan bagi kebanyakan orang.

Tetapi, apa yang dipaparkan di atas tidak selamanya benar. Sebab, baru-baru ini pada tanggal 25 September 2021, seorang putri Mako dari Jepang rela meninggalkan istananya, demi sebuah ikatan pernikahan dengan seorang pemuda dari rakyat biasa.

Cucu perempuan dari Kaisar Akihito ini memutuskan untuk meninggalkan istana Jepang dan berbahagia dengan pasangannya seorang laki-laki yang berasal dari rakyat jelata.

Pertanyaannya, mengapa bisa y?
Apakah putri tersebut merasa tidak bahagia di dalam istananya? Tentu pertanyaan tersebut akan muncul di benak sebahagiaan orang yang terlalu mengagungkan istana dan tahta sebagai sebuah kebahagiaan.Tentu juga pertanyaan tersebut perlu jawaban yang bisa memuaskan atau setidaknya menjadi pembelajaran bagi insan manusia.

Baiklah, di sini perlu terlebih dahulu dipahami secara bersama arti sebuah kebahagiaan dan sesungguhnya siapa yang merasakan kebahagiaan itu.

Bahagia itu secara sederhana dipahami secara psikologi adalah, sebuah perilaku dan kondisi yang dirasakan seseorang sehingga dia mendapatkan sesuatu yang dianya rela mengorbankan apapun apalagi sekedar simbol-simbol dunia.

Oleh karena itu, jika melihat sosok putri Mako Jepang yang rela meninggalkan istana, bahkan, membayar denda demi sebuah pernikahan dengan pemuda jelata yang dicintainya. Menunjukkan jiwanya memiliki rasa cinta yang luar biasa di atas kemewahan dan fasilitas istana.

Itu merupakan pilihanan hidupnya yang luar biasa. Mungkin bisa dipahami, kebahagiaan bagi seorang putri Mako Jepang adalah kebahagiaan yang terletak di hati. Ya, tentu, hatinya merasa bahagia, jika selalu dan bersama dengan pemuda yang mampu menyentuh hati dan perasaannya.

Kebahagiaannya itu, mampu mengalahkan berbagai kemewahan istana, yang sampai saat ini masih juga menjadi sesuatu yang diperebutkan. Bahkan, penyebab terjadinya pertikaian dan peperangan.

Putri tersebut secara tidak langsung ingin mengatakan bahwa Istana, tahta dan kemewahan bukanlah sebuah kebahagiaan yang wajib dikejar, apalagi sampai menimbulkan peperangan dan pertumpahan darah.
Tetapi, rasa mencintai dan dicintai sebagai seorang insan manusia merupakan anugerah yang harus dijaga dan dirawat dengan baik oleh kita semua.

Beranjak dari itu, setidaknya, perlu beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah nyata ini, pertama, bahwa sesungguhnya kebahagiaan itu milik kita semua yang diberikan Allah untuk kita. Jangan sampai kebahagiaan yang sesungguhnya sederhana dan mudah, menjadi kita persulit demi hawa nafsu yang tidak terkendali dan membutakan mata dan hati kita.

Kedua, bahwa, menjadi rakyat jelata atau bersama rakyat biasa dalam bingkai moral dan agama sesungguhnya itu satu kebahagiaan yang luar biasa. Karena kita menjadi orang yang dicintai dan memberikan kebermanfaatan bagi orang banyak.

Ketiga, jagalah rasa cinta yang diberikan Allah kepada kita. Jangan sampai rasa cinta itu dikalahkan dengan nafsu, tahta dan harta semata. Karena cinta dan kasih sayang merupakan anugerah yang terindah yang diberikan Allah kepada kita manusia.
Ya, tentu kita harus bersyukur atas rasa cinta yang diberikan Allah di dunia ini. Semoga, Kecintaan kita kepada sesuatu ciptaan Allah, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kecintaan kita kepada Sang Pencipta itu sendiri.***


Share postingan ini